Muhasabah Diri
Muhasabah Diri
Sugiyono
Prolog
Tepat setahun lalu, yakni bulan Maret 2020 Wabah covid pertama kali warga Indonesia yang terkonfirmasi positif Covid-19. Semakin hari semakin meningkat bahkan ratusan ribu nyawa telah terenggut tanpa padang bulu, baik tua maupun muda, pejabat atau pun orang oran biasa. Begitu mengerikan efek dari terpaparnya virus covid 19 ini. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai tindakan mulai dari pembatasan-pambatasan kegiatan, mulai sekala terecil seperti desa atau kecamatan, sampai sekala besar seperti provinsi atau kabupaten.
Pemerintah juga sangat gencar melaksanaan vaksinasi kepada seluruh masyarakat untuk menciptakan kekebalan kelompok, agar masyarakat lebih produktif dan dapat beraktifitas seperti biasanya. Baru baru ini pemerintah juga mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Poin dari kebijakan tersebut adalah mengimbau masyarakat untuk berdiam diri di rumah, bekerja dan dan beribadah dari rumah. Hal ini sebagai bentuk usaha untuk mencegah penyebaran virus Covid 19 lebih meluas.
Muhasabah
Di masa awal munculnya virus covid 19 dan menjangkiti beberapa orang di Indonesia, saat itu kita mungkin menggerutu “aah yang kena covid 19 itu kan orang di Provinsi ini, jadi jauh dari tempat kita”. Beberapa bulan kemudian kita mendengar bahwa virus ini sudah menjangkiti beberapa orang di Kabupaten tempat tinggal kita, mungkin kita masih menggerutu “santai saja, itu kan yang kena orang yg dikecamatan yang berbeda”, namun saat ini, yang terpapar Covid 19 sudah sampai pada orang terdekat kita, tetangga rumah, bahkan mungkin adik, kakak, suami, istri, atau anak kita sendiri. Mau menggerutu apalagi jika hal semacam ini terjadi?
Sudah bukan saatnya mengerutu, musibah Covid 19 harus disikapi dengan serius. Rasulullah Muhammad telah mengajarkan kita dalam menyikapi wabah atau penyakit menular, ia melarang umatnya untuk memasuki negeri yang terkena wabah.
Rasulullah pernah bersabda: Wabah thaun adalah kotoran yang dikirimkan oleh Allah terhadap sebagian kalangan bani Israil dan juga orang-orang sebelum kalian. Kalau kalian mendengar ada wabah thaun di suatu negeri, janganlah kalian memasuki negeri tersebut. Namun, bila wabah thaun itu menyebar di negeri kalian, janganlah kalian keluar dari negeri kalian menghindar dari penyakit itu.” (HR Bukhari-Muslim)[i]
Menurut Ibnu Qayyim, tindakan Nabi melarang umatnya masuk ke lokasi wabah adalah bentuk pencegahan yang memang dianjurkan oleh Allah, yakni mencegah diri kita untuk tidak masuk ke lokasi dan lingkungan yang membawa derita. Sementara larangan keluar dari lokasi wabah mengandung dua maksud. Pertama, mendorong jiwa manusia untuk percaya kepada Allah, bertawakal kepada-Nya, serta tabah dan ridha menghadapi takdirnya. Kedua, menjadi imun tubuh agar tetap stabil dan tubuh tetap bugar.
Pemberlakukan PPKM oleh pemerintah dengan menghimbau masyarakat untuk tetap berdiam diri di rumah jika tidak ada kegiatan lain yang menuntut dirinya untuk keluar rumah, sejalan dengan hadits Rasulullah Muhammad untuk menghindari wabah. Berdiam di rumah menjadi salah satu bentuk ikhtiar, kondisi tersebut dapat menjadi sarana atau media umat Islam untuk bermuhasabah dalam rangka meningkatkan memperbaiki diri, introspeksi, dan mendekatkan diri ke Allah.
Dengan melakukan introspeksi diri, seorang hamba bisa lebih mengenal dirinya sendiri, instrospeksi diri dan sudahkan kita selalu meningat Allah. Dengan begitu maka setelah musibah ini selesai, maka akan muncul pribadi-pribadi dan kepribadian dalam kondisi yang baru dengan target yang akan dicapai. Banyak waktu kita habiskan untuk memperbanyak ibadah, membaca al-Qur’an, dan berdo’a, berdiam di rumah dapat kita isi dengan mengenal diri sendiri. Yang mungkin selama waktu kita diberikan kehidupan ini sering kita diabaikan dengan kesibukan kegiatan-kegiatan yang kerap dilakukan kadang lupa sampai mengenal diri kita.[ii]
Dalam Hadits Riwayat Imam muslim, dari Shuhaib bin Sinan, Rasulullah Muhammad pernah bersabda, “Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya”.[iii]
Dalam rangka menghadapi musibah kali ini, saya mengajak umat Islam untuk berikhtiar dan bertawakal. Ikhtiar dan tawakal harus berjalan seimbang dan tidak bisa menitikberatkan dalam satu sisi saja, semoga kita selalu dalam lindungan Allah. Salah satu Ikhtiar yang dapat dilakukan adalah dengan mengikuti anjuran pemerintah, seperti sering mencuci tangan, menjaga kebersihan, berdiam di rumah, serta menghindari kerumunan yang melibatkan banyak orang, dan tidak lupa untuk memperbanyak ibadah serta do’a. Setelah seluruh ikhtiar telah dilakukan, maka sisanya adalah tinggal bertawakkal kepada Allah, menyerahkan seluruh hasil ikhtiar kepada yang Maha Hidup dan Maha Kuasa.
Epilog
Sebagai seorang muslim sudah sepantasnya untuk bersyukur dan mengimani segala ketetapan Allah baik itu ketetapan yang baik ataupun yang buruk. Kedua ketetapan Allah tersebut yang ditimpakan kepada hambanya tidak lain merupakan ujian peningkatan level kualitas keimanan kita kepada Allah. Jika ketatapan yang ditimpakan kepada kita adalah hal yang baik dan kita senangi, maka harus disyukuri dan tetap meningkatkan ibadah dan do’a kepada Allah. Sebaliknya jika kita ditimpakan ketetapan yang buruk, bisa jadi ketetapan tersebut adalah hal terbaik bagi kita, maka tetap harus kita syukuri dan tetap meningkatkn ibadah kepada Allah.
وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖ
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.
Mari jadikan situasi pandemi Covid 19 sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak ibadah, memperbanyak zikrullah seperti istigrfar, tasbih, tahmid, dan tahlil. Selain itu, jangan pernah lupa untuk berbagi, meringankan beban saudara atau tetangga yang mengalami kesulitan. Insya Allah dengan menjalankan hal tersebut, hati akan merasa tenang dan pikiran nyaman. Jika hati dan pikiran tenang dan nyaman maka hal tersebut dapat berdampak positif bagi jasmani. Semoga Allah selalu melindungi kita dari segala penyakit dan wabah yang ada di sekitar kita dapat segera hilang.
[i] https://www.republika.co.id/berita/q79vwp430/ulama-jelaskan-hadits-nabi-muhammad-soal-wabah-penyakit
[ii] https://www.republika.co.id/berita/q8023j327/berdiam-di-rumah-jadi-media-muhasabah-dan-memperbaiki-diri
[iii] https://kumparan.com/berita-hari-ini/hadist-tentang-sabar-sifat-yang-harus-ada-dalam-diri-manusia-1upU1nCiuj1/full