Ketika Pandemik Meluluhlantakkan Iman
Ketika Pandemik Meluluhlantakkan Iman
Nurul Khotimah
Prolog
Shafa termenung, duduk memojok di ruangan berukuran 4×6 yang penuh dengan barang-barang miliknya dan keluarga. Pikirannya tak karuan, hatinya tergugu, dan entah berapa isak airmata yang terus mengalir. Perempuan muda itu memandang kedua buah hatinya yang sudah tidur. Setelah beberapa jam sebelumnya sempat ada drama karena anak sulungnya ingin ayam goreng. Ruangan yang ditempati sebenarnya kamar petak yang disewa dengan sistem bulanan, dan bulan ini belum dibayar. Genap dua bulan Shafa diberhentikan dari tempat dia bekerja. Sebelumnya dia bekerja sebagai admin onlineshop, namun owner memberhentikan karena omzet yang terus menurun.
Pendahuluan
Ujian berjamaah sampai saat ini masih dirasakan oleh semua manusia di muka bumi ini. Umat Islam diuji dengan ujian beruntun sejak pandemik ditakdirkan hadir di dunia. Satu demi satu manusia merasakan kesedihan, sedih kehilangan pekerjaan, sedih kesulitan mencari rezeki, sedih ditinggal orang yang disayangi, dan beragam kesedihan lain yang terus datang silih berganti, terhitung sejak awal 2020 hingga saat ini, Agustus 2021. Di saat keadaan semakin memprihatinkan, maka ikhtiar mendasar untuk para hamba Allah adalah mampu bertahan hidup, ada rezeki untuk memenuhi kebutuhan harian, dan ada beras untuk dimasak esok hari.
Doa Saat Putus Asa
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?”
(Q.S. Al-‘Ankabut (29): 2)
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.”
(Q.S. Al-‘Ankabut (29): 3)
Demikian, Allah SWT menegaskan bahwa selama kita masih bernafas, sepanjang jiwa dan jasad masih menyatu maka ujian akan terus hadir dalam kehidupan kaum mukmin. Nouman Ali Khan memberikan kita pandangan jika sebagai hamba Allah kita merasa putus asa. Ketika kau merasa bahwa Allah tidak mendengarkan doamu, itulah kesuksesan tertinggi bagi setan. Dia sangat ingin meyakinkan seseorang bahwa Allah telah mengabaikan hamba-Nya karena dosa-dosa yang telah dilakukannya. Sedangkan Allah sama sekali tidak pernah mengabaikan hamba-Nya. Jadi, kita tidak boleh putus asa dengan Allah atau berpikir karena dosa-dosa kita, Allah berhenti mendengarkan kita.[1]
Inilah yang harus kita waspadai, tergerusnya iman dan ketaqwaan, saat ujian bertubi-tubi datang mendera. Diri kita sendiri yang harus memperkuat benteng pertahanan keimanan, dan kita harus memberikan dukungan bagi saudara lainnya dengan saling mengingatkan apabila ada teman atau saudara yang terpuruk. Kita kuatkan mereka karena di antara umat Rasulullah itu ibarat satu badan, salah satu anggota tubuh sakit maka yang lain pun akan merasakan sakit. Pandemi juga tidak menyurutkan kita semua untuk memaknai semua momen dalam kehidupan ini, baik momen bahagia maupun momen sedih, dan kita jadikan media untuk berbagi serta meningkatkan kadar cinta kita kepada Illahi Rabbi.
Prolog Bagian Kedua
Senyum Shafa merekah saat suaminya pulang dengan membawa daging. Sejak pagi, Adit, suami Shafa minta ijin akan membantu takmir untuk menyembelih hewan kurban. Dengan jumlah personel terbatas dan prokes ketat proses penyembelihan dilakukan di masjid kampung tempat mereka tinggal. Shafa sadar keadaan dia dipecat membuat Adit harus berjuang sendiri mencari rezeki. Namun mereka yakin bahwa dengan doa dan ikhtiar akan ada jalan rezeki lain. Mereka saling menyemangati satu sama lain, itulah suami istri, jika istri sedang sedih, maka suami yang menghibur. Pasangan hidup harus saling melengkapi, termasuk jika salah satu sedang dalam keadaan futur iman.
Pembahasan
Ketika manusia diuji kadar keimanan, ketaqwaan, dan mahabbah kepada Tuhan, maka wajib untuk kita segera memperbaiki dan meng-upgradenya. Inilah kewajiban kaum muslim untuk terus menjadikan Nabi dan Rasul sebagai suri tauladan. Selanjutnya dalam kehidupan di tengah pandemi yang belum diketahui kapan akan berakhir, maka setiap saat dalam helaan nafas harus senantiasa memanjatkan syukur ke hadirat Allah SWT. Tuhan yang Maha Rahman dan Rahim yang selalu melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, dan tiada henti terus memperhatikan kehidupan manusia, memenuhi kebutuhan dan mengabulkan doa. Dengan rasa syukur maka kita termasuk hamba yang taat dan janganlah kita termasuk kategori hamba yang kufur nikmat.
Kesabaran juga harus terus dilatih sekaligus ditingkatkan untuk menjalani keadaan yang serba sulit akibat pandemik. Allah SWT tidak akan memberikan cobaan kepada hamba-Nya di luar batas kemampuannya, tugas kita selalu ikhtiar dan berdoa agar pandemik ini segera berlalu. Sebagai muslim kita tidak boleh berputus asa, justru dalam keadaan yang tidak menentu seperti sekarang ini, umat Islam haruslah semakin mendekatkan diri kepada Allah. Meskipun kita semua berada dalam keadaan yang serba tidak menentu, tapi umat Islam harus yakin akan pertolongan Allah.
Syekh Ali Jaber menyampaikan ada 2 (dua) amalan untuk mengatasi masalah dan mewujudkan hajat.
- Dirikan salat dua rakaat sebelum tidur, dan perbanyak zikir Hasbiyallaahu wa ni’mal wakil.
- Baca istighfar, Astaghfirullahal’adzim Alladzi La Ilaha Illa Huwal Hayyul Qoyyumu wa Atuubu Ilaihi.[2]
Jika kita merasa ada penurunan keimanan dan ketaqwaan, maka segera berlari kembali menuju Allah, jangan biarkan berlarut-larut, karena saat pintu futur terbuka, artinya kita memberi kesempatan kepada setan untuk masuk, dan semakin menggerus iman kita. Biasanya hamba Allah akan mengalami tiadanya kenikmatan dalam beribadah, terasa hambar, tidak ada mahabbah dan hampa. Lalu apa yang harus kita lakukan.
Prolog Bagian Ketiga
Shafa memandang kedua anaknya dengan tatapan syahdu. Ingin dia menampar pipinya berulang kali agar sadar dari lamunan dan keluhan yang terus membayangi pikirannya. Waktu menunjukkan dhuha, Shafa beranjak untuk mengambil wudhu. Kemudian dilanjutkan dengan membuka mushaf, ia baca perlahan-lahan surat demi surat dengan tartil, menjadikan perasaannya lebih tenang. Nada dering gawainya berbunyi, ada pesan masuk, ternyata dari istri ketua takmir yang menanyakan apakah Shafa bersedia membantu usaha katering yang sedang dirintis. Bahkan Shafa diperbolehkan mengajak anak-anak, tujuannya agar Shafa lebih tenang dalam bekerja.
“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman”
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
(Q.S. Al-Mu’minun (23): 1)
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
“(yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya”
(Q.S. Al-Mu’minun (23): 2)
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
“Dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna”
(Q.S. Al-Mu’minun (23): 3)
Demikianlah Allah menegaskan dalam firman-Nya, selanjutnya menjadi tugas kita untuk terus menerus memantaskan diri, agar kita termasuk hamba yang bertakwa. Orang beriman selalu mendapatkan tempat tertinggi di sisi Allah. Bahkan, mereka mendampingi para rasul, nabi, dan orang-orang shalih terdahulu adalah orang-orang yang beriman kepada Allah. Berdasarkan petunjuk tersebut, untuk mencapai kebahagiaan dan kesuksesan, cukup memupuk keimanan kita.[3]
Kita jangan mau dikalahkan setan, lawan terus mereka karena hingga hari kiamat datang, ia terus menggoda dan berusaha melunturkan keimanan kita. Beberapa hal ini bisa kita praktekkan terus, dan saran ini telah banyak disampaikan oleh para ulama, ustadz, guru-guru, bahkan orang yang berada di lingkungan kita, yakni:
- Sempurnakan kualitas salat kita, semakin sempurna salat wajib maka bisa ditambah dengan melaksanakan salat sunah.
- Tingkatkan terus ibadah mahdhah, lalu tambah dengan ibadah sunah, misal: puasa sunah dan bersedekah.
- Jika sudah rutin dan istiqamah membaca Al-Qur’an, maka perbanyak membaca buku. Dengan banyak membaca buku, akan banyak ilmu dan kebaikan yang akan kita peroleh, dan bisa kita implementasikan juga dalam kehidupan sehari-hari.
- Perbanyak sholawat, agar ada wasilah untuk kita semakin dekat dengan Allah dan mendapatkan kemudahan-kemudahan dari Allah. Tidak mengapa kita mempunyai pamrih agar kelak mendapatkan syafaat Rasulullah.
- Perluas jejaring dengan menambah teman baru, pertahankan terus teman baik, dan paksa diri kita untuk masuk ke komunitas baru yang berisi orang-orang yang mengajak untuk terus meningkatkan keimanan dan ketaq
- Belajar terus untuk memaafkan, hal ini sangat sulit, tapi harus terus berusaha. Jangan putus memohon terus sama Allah agar Allah senantiasa melembutkan hati dan jiwa kita untuk menjadi pribadi yang mudah memaafkan kesalahan orang lain.
- Jangan sombong yang disebabkan oleh Ria
“Orang yang sombong karena ria akan terdorong untuk menolak kebenaran dari orang lain yang memerintahkannya atau dari lawan diskusinya jika orang lain itu lebih baik dan lebih alim.”[4]
Sekian puluh atau bahkan hingga ratusan jika kita catat berbagai amalan kebaikan dan hal positif yang bisa kita duplikasi setiap harinya. Bisa jadi tidak bisa semua kita lakukan, tapi dengan niat teguh sedikit demi sedikit dan secara perlahan namun pasti, maka kita bisa konsisten. Sehingga akan berdampak pada kualitas keimanan dan ketakwaan kita.
Penutup
Semua kebaikan dan kemuliaan datangnya dari Allah, segala kelemahan dan kekurangan datangnya dari manusia. Setiap hari malaikat mencatat amalan-amalan manusia, baik yang baik maupun yang tidak baik. Tidak ada salahnya sekarang kita mencoba melakukan apa yang malaikat lakukan. Mari kita catat keburukan kita, agar kita bisa menghilangkannya, dan kita catat kebaikan yang kita lakukan, agar terus memotivasi diri untuk melakukannya lagi. Catatan harian yang hanya kita dan Allah yang tahu. Kita tidak tahu amal shalih mana yang menjamin kita husnul khatimah dan masuk surga. Bisa amal saleh yang sederhana, yang remeh, yang kecil, tapi ternyata melalui amal itu, kita bisa terjamin masuk surga dan terjamin husnul khatimah – Syekh Ali Jaber.
Maraji’:
[1] Ali Khan, Nouman, Revive Your Heart: Terapi Al-Quran untuk Menyucikan Hati, Bandung: Mizania, 2018
[2] Ali Jaber, Syekh, Amalan Ringan Paling Menakjubkan: 20 Kiat Menuju Kebahagiaan Hidup, Jakarta: Zikrul Hakim, 2021
[3] Rauf, Rusdin S, Quranic Law of Attraction: Meraih Asa Dengan Energi kalam Illahi, Jakarta: Insight First Asia Publishing, 2021
[4] Izzudin, Syekh, Maqashidur Ri’ayah: Metode Pokok Menyucikan Hati, Jakarta: Qaf, 2004