Sabar, Syukur, Dan Ikhtiar Maksimal Dalam Menghadapi Pandemi
Sabar, Syukur, Dan Ikhtiar Maksimal Dalam Menghadapi Pandemi
SRI ACHYUNIWATI S.T.
Kita masih berada di tengah-tengah musibah Covid-19. Belum tahu sampai kapan pandemi ini berakhir. Sebagai seorang muslim, kita yakin bahwa musibah ini adalah bagian dari qadha (ketetapan) Allah, untuk itu sikap seorang Muslim adalah ridha menjalaninya.
وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا
“…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” (Al-Ahzab [33]:38) juga Rasulullah SAW bersabda:
كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرُ الخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim)1. Ingatlah, ridha terhadap qadha’ akan mendatangkan banyak kebaikan. Sebaliknya, kita dilarang membenci qadha’ Allah subhanahu wa ta’ala. Rasul shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
Sungguh besarnya pahala itu seiring dengan besarnya ujian. Sungguh jika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Siapa saja yang ridha, untuk dia keridhaan itu. Siapa yang benci, untuk dia kebencian itu (HR at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Baihaqi)2.
Bagaimana pun, musibah itu tidak dapat dihindari, sehingga mau tidak mau, harus dihadapi dengan kesabaran. Ingatlah, sebagaimana firman-Nya dalam (Q.S. Al-Baqarah [2]: 155),
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Allah menjanjikan kabar gembira bagi orang-orang yang sabar dalam menghadapi musibah.
Rasul mengajarkan kepada kita bagaimana menyikapi musibah itu, yakni dengan istirja’ (mengembalikan segalanya kepada Allah) dan berdoa. Selain itu, kita hendaknya banyak berzikir. Sebab, zikir akan menenteramkan hati (QS ar-Ra’d [13]: 28).
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Dan yang tak kalah penting, kita harus terus meningkatkan ibadah dan taqarrub kita kepada Allah, baik dengan shalat, sedekah, tilawah al-Quran, shalat-shalat sunnah dan taqarrub lainnya.
Bersama dengan itu, musibah seharusnya melahirkan rasa syukur. Betapa banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita; nikmat sehat, kebugaran badan, nikmat kondisi kehidupan yang normal yang dengan itu bisa leluasa beraktivitas, mencari rezeki, dan sebagainya. Betapa nikmat itu sangat bernilai dan berharga. Hal ini tentu akan semakin mendorong kita untuk terus mensyukuri ragam nikmat yang telah Allah berikan. InsyaAllah, dengan rasa syukur dan sabar dalam menghadapi wabah, termasuk sakit yang diderita, bisa menjadi perantara dari berbagai kebaikan dan keutamaan yang telah Allah janjikan. Banyak kebaikan dan keutamaan yang Allah berikan dibalik musibah, termasuk pandemi Covid-19, salah satunya adalah pahala syahid yang menanti. Rasul bersabda terkait wabah tha’un:
كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ ، فَجَعَلَهُ اللَّهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ ، مَا مِنْ عَبْدٍ يَكُونُ فِى بَلَدٍ يَكُونُ فِيهِ ، وَيَمْكُثُ فِيهِ ، لاَ يَخْرُجُ مِنَ الْبَلَدِ ، صَابِرًا مُحْتَسِبًا ، يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ يُصِيبُهُ إِلاَّ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ ، إِلاَّ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ شَهِيدٍ
“Dari Siti Aisyah RA, ia berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah SAW perihal tha‘un, lalu Rasulullah SAW memberitahukanku, dahulu, tha’un adalah azab yang Allah kirimkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang beriman. Maka tiada seorang pun yang tertimpa tha’un, kemudian ia menahan diri di rumah dengan sabar serta mengharapkan ridha-Nya seraya menyadari bahwa tha’un tidak akan menimpanya selain telah menjadi ketentuan Allah untuknya, niscaya ia akan memperoleh ganjaran seperti pahala orang yang mati syahid,” (HR al-Bukhari, Nasa’i dan Ahmad).[1] Dan ingatlah seperti Riwayat yang diceritakan Abu Huraira, Rasulullah SAW mengatakan,
مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
“Tidak ada penyakit yang Allah SWT ciptakan, kecuali Allah SWT telah menciptakan obatnya.” (HR. Bukhari) 4).
Tha’un sendiri adalah jenis penyakit yang sudah dikenal dengan memiliki sifat menular dan menjadi wabah, ini mirip dengan Covid-19. Ketentuan terkait tha’un bisa berlaku pada wabah termasuk Covid-19. Oleh karena itu, siapa saja yang terinfeksi Covid-19, kemudian dirawat di rumah sakit atau melakukan isolasi mandiri dan meyakini bahwa itu merupakan qadha’ dari Allah, sembari dia bersabar, maka insyaAllah dia akan mendapatkan pahala semisal pahala syahid dan semisal pahala orang yang berperang fî sabîlillah. Sedangkan, bagi mereka yang wafat dalam kondisi terinfeksi Covid-19, semoga termasuk syuhada akhirat. Rasul bersabda:
الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Syuhada’ itu ada lima: al-math’ûn (orang yang mati karena tha’un), al-mabthûn (orang yang mati karena penyakit perut/diare), al-ghariq (orang yang mati tenggelam), orang yang mati tertimpa reruntuhan dan orang yang syahid di jalan Allah ‘Azza wa Jalla (HR Muslim)5).
Ingatlah, kita yakin bahwa musibah adalah qadha Allah. Namun di sisi lain, kita harus terus melanjutkan ikhtiar terbaik oleh semua pihak, baik individu, keluarga, masyarakat dan pemerintah. Menurut ilmu kesehatan, penularan harus dihentikan. Ini adalah wujud pengamalan dari sabda Rasulullah:
لا عَدْوَى و لا طيرةَ و لا هامةَ و لا صَفرَ ، و فِرَّ مِنَ المجذومِ كما تَفِرُّ مِنَ الأسدِ
“Hindarilah orang yang terkena lepra seperti halnya kalian menghindari seekor singa.” (Shahih Bukhari dan Muslim)6). Beliau pun bersabda:
لا يُورَدُ مُمْرِضٌ على مُصِحٍّ
“Janganlah orang yang berpenyakit berdekatan dengan orang yang sehat.” (Hr Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah) 7).
Mari lakukan protokol kesehatan dengan 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun/desinfektan) atau bahkan 5M dengan mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan. Sedangkan pemerintah harus bertanggung jawab atas segala urusan rakyatnya, termasuk saat rakyat ditimpa musibah sebagaimana saat ini. Pemerintah wajib melakukan ikhtiar terbaik dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis untuk rakyat dan menjamin pemenuhan kebutuhan pokok mereka.
Semoga Allah segera angkat pandemi ini, aamiin allahumma aamiin..
Maraji’:
1).https://www.obsessionnews.com/sabar–syukur–dan–ikhtiar–maksimal–dalam–hadapi–pandemi/
2).https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/iman%20qada%20dan%20qadar–anto/topik1.html
3).https://www.madaninews.id/11213/hadits–anjuran–rasulullah–untuk–tetap–di–rumah–selama–wabah–penyakit.html
4).https://news.detik.com/berita/d-5633344/3-cara–rasulullah–hadapi–wabah–mematikan–pada–zamannya/2
5).https://dakwahkhatulistiwa.com/sabar–syukur–dan–ikhtiar–maksimal–menghadapi–pandemi–khutbah–jumat-31-juli-2021/
6).https://www.republika.co.id/berita/q7bkrx430/anjuran–nabi–muhammad–untuk–mencegah–penyakit–menular-1
7).https://update.unisayogya.ac.id/covid19/hadis–yang–bisa–dijadikan–hujjah–dalam–menghadapi–wabah–penyakit/