Era Pandemi COVID-19: Saatnya Kembali Kepada Allah SWT

Era Pandemi COVID-19: Saatnya Kembali Kepada Allah SWT

AGUS ADI PRANANTO SP

<[email protected]

 

Allah telah menurunkan kitab suci al-Quran yang begitu agung yang tidak perlu lagi kita ragu dengan isinya. Allah berfirman dalam Q.S al-Baqarah [2]: 2 yang berbunyi:

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (Q.S al-Baqarah [2]: 2)

Apabila kita mentadaburi isi pada ayat tersebut maka banyak sekali pelajaran yang dapat kita peroleh. Allah SWT di dalam surah ini memberikan gambaran petunjuk dan pelajaran di dalamnya kepada umat manusia untuk menjalani kehidupan di muka bumi ini. Tak terkecuali dengan kondisi aktual saat ini dimana pandemi COVID-19 masih belum terkendali di negeri kita tercinta ini. Di dalam Q.S Hud [11]: 25-26 diceritakan bahwa Nabi Nuh a.s diutus oleh Allah SWT untuk memberikan peringatan kepada agama tauhid,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ (25) أَنْ لَا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ أَلِيمٍ (26)

 “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata), “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kalian, agar kalian tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan.” (Q.S Hud [11]: 25-26)

Kedua ayat tersebut memberikan makna bahwa ajaran Allah SWT yang dibawa dan disebarkan oleh Nabi Nuh a.s sejatinya merupakan peringatan kepada seluruh umat manusia untuk Kembali kepada Allah, menyembah-Nya, takut kepada-Nya dan seyogyanya dapat menghindar dari adzab-Nya yang sangat pedih. Salah satu kalimat penting pada ayat tersebut yakni أَنْ لَا تَعْبُدُوا إِلا اللَّهَ yang berarti jangan menyembah selain Allah. Menyembah kepada selain Allah SWT merupakan dosa syirik, yakni dosa besar kepada Allah. Syirik tidak hanya mencakup menyembah berhala (inasan), namun juga dapat berbentuk syirik terhadap makhluk, harta duniawi dan sebagainya. Artinya, kita lebih memilih mencintai sesuatu yang diciptakan dan bukan kepada Dia Yang Menciptakan.

Masa pandemi ini merupakan masa kita untuk terus melakukan instropeksi diri. Sudahkah kita membersihkan diri dan terhindar dari segala macam syirik yang seringkali tidak kita sadari? Karena seperti yang kita ketahui bahwa kunci utama agar kita terhindar dari azab Allah adalah dengan tidak menyembah segala sesuatu yang bukan Dia. Lalu sudahkah syahadat kita benar baik secara batin, lisan maupun perbuatan? Atau kah hanya terucap dalam lisan saja, namun hati kita menolak? Atau hanya terucap dalam lisan saja, namun tingkah laku atau perbuatan kita sangat jauh dan sama sekali tidak mencerminkan akhlak seorang muslim? Naudzubillah. Semoga kita semua selalu terlindungi dari dosa syirik baik yang kita kenali dan pahami, maupun yang secara tidak sadar kita lakukan.

Firman Allah Ta’ala:

قُلْ يَاعِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53) وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ (54)

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar [39] : 53-54).

Untuk itu, marilah kita bersegera untuk kembali kepada Allah SWT Yang Maha Pengampun dan Penyayang, ghafuururrahiim. Sehingga apabila seluruh umat Islam bahkan seluruh umat manusia memahami akan Keesaan dan Kebesaran Allah dan berusaha untuk kembali kepada-Nya, maka Allah pun akan berkenan mengangkat pandemi ini.

AGUS ADI PRANANTO SP

[email protected]