Siapkah Kita Kembali?

إِذَا جَاء نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ -١- وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجاً -٢- فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّاباً -٣-

Artinya : “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhan-mu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.

(QS. An-Nashr [110] : 1-3)

Dalam beberapa bulan yang lalu kita sangat dikejutkan dengan musibah dan ujian yang terjadi di negeri kita tercinta ini. Mulai dari gempa bumi di pulau Lombok, Tsunami di kota Palu dan jatuhnya salah satu pesawat terbang di daerah Karawang yang tidak jauh dari ibu kota negara kita. Suatu bencana atau musibah tidaklah terjadi melainkan ada penyebabnya. Namun hal yang terpenting adalah bukanlah mencari apa penyebab terjadinya musibah yang di alami tersebut, melainkan yang terpenting adalah apa hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil kemudian, apa yang kita siapkan jika musibah dan ujian tersebut terjadi pada diri kita.

Ujian dan Cobaan adalah salah satu cara Allah  untuk mengingatkan manusia bahwasannya Allah  maha kuasa atas segala sesuatu. Ujian dan cobaan merupakan bukti bahwasannya Allah  masih sayang kepada seorang hamba, Allah  tidaklah memberi ujian kepada seorang hamba yang beriman melainkan Allah  merindukan mereka untuk senantiasa mengingat akan kehadirat-Nya. Setiap ujian kepada seorang hamba pasti banyak hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil di dalamnya. Salah satu hikmahnya adalah untuk mengingatkan kita sebagai manusia yang lemah ini bahwasanya kita akan kembali kepada-Nya. Oleh sebab itulah, apa yang harus kita siapkan jika kita diminta untuk kembali kepada-Nya?

Sebelum kita menyiapkan bekal terbaik kita untuk kembali menghadap kepada-Nya, ada beberapa hal yang mesti kita lakukan agar setiap apa yang kita lakukan akan bernilai ibadah di sisi-Nya. Pertama adalah berhijrah. Hijrah merupakan salah satu bentuk kemuliaan seorang hamba, hijrah yang dilandasi karena Allah  dan Rasul-Nya merupakan perkara yang sangat dicintai dan menjadi tolak ukur keimanan seorang hamba. Oleh sebab itulah pentingnya untuk berhijrah ini adalah bukti seorang hamba untuk menyiapkan diri sebagai manusia yang terbaik sebelum kita kembali kepada-Nya.

Kata hijrah berasal dari bahasa Arab, yang berarti meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah dari satu tempat ke tmpat yang lainnya. Kata hijrah sudah tidak asing kita dengarkan, bahkan di era digital nan informasi ini,  fenomena berhijrah sudah sangat mudah kita dapatkan, mulai dari hijrahnya para pengusaha yang dzalim kepada yang mengayomi, hijrahnya seorang preman menjadi seorang ustadz, bahkan yang terbaru-baru ini munculnya gerakan hijrahnya para pembisnis konvensional kepada bisnis yang syariah.

Dalam sejarah, perintah hijrah merupakan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad  bersama para sahabat dari kota Mekah menuju kota Madinah. Salah satu tujuannya adalah untuk mempertahankan dan menegakkan agama Allah , yang berupa akidah dan syari’at Islam. Namun dalam artian secara umum makna hijrah pada saat ini dapat kita artikan sebagai berpindahnya perbuatan manusia dari yang buruk kepada kebaikan, atau dari sesuatu yang salah dalam syariah menuju kepada kebenaran dan sesuai tuntunan ajaran Islam.

Perintah berhijrah terdapat dalam beberapa ayat dalam Al-Qur’an salah satunya adalah pada surah Al-Baqarah yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan orang yang berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Baqarah [2] : 218).

Dari ayat ini pelajaran penting yang dapat kita ambil adalah anjuran untuk berhijrah dengan mempertahankan akidah yang benar dan segera kembali kepada jalan kebenaran, serta kita berharap dengan berhijrah ini, kita akan mendapatkan ampunan dan rahmat-Nya, sehingga kita diberikan hadiah terbaik berupa syurga.

Dalam sebuah riwayat yang sangat masyhur, dijelaskan kisah seorang pemuda yang berhijrah dari jalan keburukan menuju jalan kebaikan, maka takkala pemuda ini mau meninggalkan perbuatan buruknya dan menuju tempat yang terbaik. Di tengah perjalanan pemuda ini meninggal dunia namun karena pemuda ini lebih dekat kepada tempat yang terbaik, maka Allah  mengampuni dosa-dosanya dan memasukkannya ke dalam syurga-Nya Allah .

Selanjutnya yang dapat kita persiapkan untuk kembali kepada-Nya adalah bertaubat. Bertaubat atau kembali kepada aturan yang telah Allah tetapkan merupakan suatu jalan yang mulia. Makna taubat secara umum dapat kita artikan sadar dan menyesal akan dosa (perbuatan yang salah dan jahat) serta berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan yang salah tersebut dan berjanji dengan sepenuh hati untuk tidak mngulangi lagi perbuatan yang buruk tersebut.

Bertaubat adalah perkara yang sangat di sukai oleh Allah  dan juga merupakan salah satu perintah-Nya ketika manusia itu melakukan dosa dan kesalahan. Sebagaimana taubatnya nabi Adam ‘Alaihissalam yang diturunkan oleh Allah  ke muka bumi ini. Maka dengan taubatnya yang sungguh-sungguh, kemudian Allah  mengampuni kesalahan-kesalahannya. Orang yang bertaubat adalah mereka yang mendapatkan rahmat Allah , karena dengan taubat ini Allah  masih merindukan hamba-Nya untuk kembali menaati perintah-perintahnya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Begitu juga orang yang bertaubat dan segera menyesali perbuatan buruknya di masa lalu adalah mereka yang senantiasa mendapatkan kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat, sebagaimana halnya nabi Yunus ‘Alaihissalam yang kembali kepada Allah  takkala ia meninggalkan kaumnya yang tak mau mendengarkan nasehat-nasehat dan dakwahnya. Namun Allah  yang senantiasa menyayangi setiap hambanya menerima taubatnya nabi Yunus dan menjadikanya sebagai orang-orang yang mulia di sisi-Nya takkala beliau bertaubat dan menyesali kesalahan-kesalahannya.

Pentingya seorang hamba untuk segera kembali kepada jalan kebenaran dan takwa merupakan bentuk keyakinan kita kepada Allah . Bukankah kehidupan di dunia ini hanyalah sementara, dan kesenangan palsu, dan tempat kembali kita yang sebenarnya adalah di akhirat kelak sebagaimana di sebutkan di salah satu ayat al-Quran yang artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. (Q.S Al Hadid [57]: 20)

Oleh sebab itulah mari kita bertaubat dan kembali kepada Allah , bertaubat pada jalan kebenaran dan jalan yang di ridhoi oleh Allah .

Hal berikutnya yang menjadi kunci dan senjata seorang muslim untuk kembali kepada-Nya adalah kita senantiasa berdo’a dan memohon kepada Allah  agar di kembalikan pada saat yang terbaik dan tempat yang atau khusnul khotimah, berada di jalan yang benar, jalan yang diridhoi oleh Allah . Sebagaimana doa Umar bin Khatab radhiallahu’anhu yang selalu meminta mati syahid.

Oleh karenanya, doa terbaik yang dapat kita panjatkan adalah doa yang telah Allah  ajarkan dalam al-Qur’an. Do’a mereka adalah “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau Bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau Bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau Pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.” (QS. al-Baqarah [2] : 286).

Berdoa dan memohon kebaikan adalah sebuah perintah Allah  dan Rasul-Nya, sebagaimana kita selalu dianjurkan beribadah sholat lima waktu yang didalamnya terdapat do’a dan permohonan agar kita  senantiasa diampuni dosa-dosanya. Selain berdo’a kita juga dianjurkan untuk berikhtiar dan mencari lingkungan yang baik serta membawa kebaikan. Hal ini di karenakan mencari lingkungan yang baik, tempat yang baik adalah landasan utama dalam mempersiapkan kita untuk kembali kepada kebenaran dan takwa.

Ingatlah salah satu wasiat  Rasulullah  kepada kita, bahwasannya barang siapa yang berteman dengan seorang pedagang minyak wangi maka ia akan mendapatkan warum wewangian dari sisinya begitu juga dengan orang-orang yang berteman dengan seorang pandai besi maka mereka akan siap menerima asap yang dihasilkan dari kegiatannya. Maka penting bagi kita untuk selalu mencari teman dan lingkungan yang baik sehingga kita dapat menjadi sumber kebaikan bagi diri kita maupun orang lain. Oleh sebab itulah sudah siapkah kita kembali?

Romi Padli, SEI., ME

Alumni Magister Studi Islam

Universitas Islam Indonesia

”Mutiara Hikmah”

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah dzalim terhadap diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni dosa kami dan memberi rahmat kepada kami. Niscaya kami termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi” (Q.S Al A’raf [7] : 23)