Meneladani Ahklak Rasulullah Terhadap Orang Yang Memusuhi/Membenci

Meneladani Ahklak Rasulullah
Terhadap Orang Yang Memusuhi/Membenci

Mabdaul Basar

[email protected]

 

Bismillâhi walhamdulillâhi wash-shalâtu wassalâmu ‘ala rasulillâh,

Islam menempatkan akhlak dalam posisi penting dalam ajarannya. Setiap aspek ajaran Islam selalu berorientasi pada pembinaan akhlak yang mulia (akhlaqul karimah). oleh karena itu, Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT untuk menjadi suri tauladan dan menyempurnakan akhlak yang mulia sebagaimana yang disebutkan dalam al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21 Allah berfirman:

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ …

Artinya: Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu” (QS. Al-Ahzab [33]: 21).

Rasulullah juga telah bersabda seperti yang tertulis dalam Musnad Ahmad hadis nomor 8595:

… قَالَ رَسُوۡلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيۡهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا بُعِثۡتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الۡأَخۡلَاقِ

Artinya: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang baik” (Hadis Ahmad No. 8595).

Di antara akhlaq mulia Rasulullah SAW adalah akhlaq beliau terhadap orang-orang yang memusuhi dan membenci beliau. Berikut diantaranya:

1. Tidak Mengumpat Musuh

Salah satu teladan yang diajarkan Rasulullah SAW adalah bagaimana menjaga lisan dari tutur kata yang buruk. Dalam sejarah hidupnya, Rasulullah SAW tidak pernah berkata kotor, mengumpat, ataupun mengeluarkan cercaan bahkan kepada musuhnya kaum musyrik yang memusuhi dakwah Islam sekalipun. Sebaliknya, Nabi Muhammad saw. malah mendoakan mereka yang baik-baik.

Ada banyak cerita terkait dengan hal ini sebagaimana tertera dalam Akhlak Rasul Menurut Al-Bukhari dan Muslim (Abdul Mun’im al-Hasyimi, 2018). Diantaranya adalah ketika pasukan Islam menang dalam Perang Badar. Rasulullah SAW melarang umat Islam mengumpat korban Perang Badar dari kalangan kaum musyrik. Kata Rasulullah SAW, umpatan akan menyakiti hati orang-orang yang masih hidup. Nabi Muhammad saw. juga mengingatkan bahwa kekejian adalah sesuatu yang hina.

2. Mendoakan musuh

Dalam Shahih Bukhari hadis nomor 2992 diceritakan:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ حَدَّثَنِي عُرْوَةُ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَتْهُ أَنَّهَا قَالَتْ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَلْ أَتَى عَلَيْكَ يَوْمٌ كَانَ أَشَدَّ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ قَالَ لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا لَقِيتُ وَكَانَ أَشَدَّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْعَقَبَةِ إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ كُلَالٍ فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلَّا وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ فَرَفَعْتُ رَأْسِي فَإِذَا أَنَا بِسَحَابَةٍ قَدْ أَظَلَّتْنِي فَنَظَرْتُ فَإِذَا فِيهَا جِبْرِيلُ فَنَادَانِي فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ وَمَا رَدُّوا عَلَيْكَ وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَكَ الْجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ بِمَا شِئْتَ فِيهِمْ فَنَادَانِي مَلَكُ الْجِبَالِ فَسَلَّمَ عَلَيَّ ثُمَّ قَالَ يَا مُحَمَّدُ فَقَالَ ذَلِكَ فِيمَا شِئْتَ إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمْ الْأَخْشَبَيْنِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

Artinya: Telah bercerita kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb berkata telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab berkata telah bercerita kepadaku ‘Urwah bahwa ‘Aisyah radliallahu ‘anhu, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bercerita kepadanya bahwa dia pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Apakah baginda pernah mengalami peristiwa yang lebih berat dari kejadian perang Uhud?”. Beliau menjawab: “Sungguh aku sering mengalami peristiwa dari kaummu. Dan peristiwa yang paling berat yang pernah aku alami dalam menghadapi mereka adalah ketika peristiwa al-‘Aqabah, saat aku menawarkan diriku kepada Ibnu ‘Abdi Yalil bin ‘Abdu Kulal agar membantuku namun dia tidak mau memenuhi keinginanku hingga akhirnya aku pergi dengan wajah gelisah dan aku tidak menjadi tenang kecuali ketika berada di Qarnu ats-Tsa’aalib (Qarnu al-Manazil). Aku mendongakkan kepalaku ternyata aku berada di bawah awan yang memayungiku lalu aku melihat ke arah sana dan ternyata ada malaikat Jibril yang kemudian memanggilku seraya berkata; “Sesungguhnya Allah mendengar ucapan kaummu kepadamu dan apa yang mereka timpakan kepadamu. Dan Allah telah mengirim kepadamu malaikat gunung yang siap diperintah apa saja sesuai kehendakmu”. Maka malaikat gunung berseru dan memberi salam kepadaku kemudian berkata; “Wahai Muhammad”. Maka dia berkata; “apa yang kamu inginkan katakanlah. Jika kamu kehendaki, aku timpakan kepada mereka dua gunung ini”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak. Bahkan aku berharap Allah akan memunculkan dari anak keturunan mereka orang yang menyembah Allah satu-satunya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun“. (HR. Bukhari).

3. Tidak melaknat musuh

Hal yang sama juga dilakukan Rasulullah SAW ketika Perang Uhud selesai. Sebuah peperangan yang berat bagi pasukan umat Islam karena mereka kalah. Akibatnya, sebagian sahabat meminta agar Rasulullah SAW melaknat kaum Quraisy. Namun permintaan itu dijawab sebaliknya oleh Rasulullah SAW, “Sesungguhnya saya diutus dengan membawa kasih sayang. Saya tidak diutus sebagai tukang melaknat. Ya Allah ampunilah kaumku karena mereka tidak mengetahui,” jawab Rasulullah SAW.

Demikianlah teladan yang ditunjukkan Rasulullah SAW yang seharusnya diikuti oleh umat Islam sebagai pengikutnya. Apalagi pada era global seperti saat ini melalui berbagai media sosial, manusia berinteraksi tanpa batas jarak dan waktu. Jika umat Islam tidak meneladani akhlak Rasulullah SAW tersebut akan demikian mudah difitnah dan dipecah belah oleh kaum lain. Wallahu a’lam bis shawab.