JALAN MUSLIM MENUJU KAMPUNG HALAMAN YANG SESUNGGUHNYA

“ dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

(QS. Al-Qashash: 77)

Bismillâhi walhamdulillâh wash shalâtu was salâmu ‘ala rasûlillâh,
Wahai saudaraku, kaum muslimin dan muslimat yang cintaku tak kan pernah habis untuk kalian. Tahukah kalian di manakah sebenarnya letak rumah kita yang sesungguhnya? Di manakah sebenarnya tempat kita akan kembali dari perjalanan yang singkat ini? Di manakah sebenarnya kampung halaman yang selalu kita rindukan itu? Darimana bapak dan ibu kita semua berasal, maka di situlah rumah kita yang sesungguhnya, di situlah kampung halaman kita yang sebenarnya, yakni surga yang indah yang serat akan kenikmatan.

Tempat Nabi Adam alaihi salam dan ibunda Hawa memulai kehidupan mereka. Sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah ﷻ, yang artinya: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Baqarah (2): 35).

Sebelum Adam dan Hawa mendiami surganya Allah ﷻ, adalah Iblis yang Allah ﷻ jadikan penghuni surga itu, dikarenakan ibadah-ibadah mereka yang menyerupai para Malaikat. Sebagaimana yang Allah ﷻ firmankan yang artinya: “Maka keluarlah kamu dari surga. Sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan”. (QS. Shaad (38): 77-78).

Dari ayat tersebut, maka dapat diketahui bahwa Iblis merupakan makhluk yang dulunya juga sebagai penduduk langit, namun dikarenakan kedurhakaannya kepada Allah ﷻ, maka Iblis diusir dari surga dengan keadaan terhina. Kisahnya terdapat firman Allah ﷻ, yang artinya: “Dan ingatlah ketika kami berfirman kepada para malaikat: “sujudlah kamu kepada adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Ia emggan dan sombong, dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. (QS. Al-Baqarah (2): 34).

Karena kedengkiannya kepada Adam, iblis selalu berusaha agar Adam dan Hawa melanggar perintah Allah ﷻ seperti yang tersebut dalam surat Al-Baqarah ayat 35 di paragraph pertama di atas, yakni memakan buah dari pohon yang dilarang atasnya. Lantas bagaimana cara Iblis itu bisa kembali ke surga untuk menggoda Adam dan Hawa? Bukankah dia telah terusir sebelumnya tatkala dia tidak mau sujud kepada Adam Alahi Salam.

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ¬rodiyallahuanhu Nabi ﷺ bersabda, “tatkala Allah Azza wa Jalla berkata kepada Adam “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim.

Iblis berupaya untuk masuk menemui mereka berdua di surga namun terus dihalangi oleh para penjaganya. Lalu muncul seekor ular yang memilki empat buah kaki seperti layaknya unta dan terlihat sebagai hewan yang paling bagus. Iblis membujuk ular itu agar mau memasukannya kedalam mulutnya sehingga ia bisa membawanya bertemu dengan Adam. Ular itupun memasukan iblis kedalam mulutnya kemudian melewati para penjaga surga dan berhasil masuk kedalamnya sedang para penjaga itu tidak mengetahuinya atas kehendak Allah ﷻ. Iblis itu bercerita melalui mulut ular tersebut namun Adam tidaklah memperdulikannya, maka iblispun keluar menemui Adam dan mengatakan. “wahai adam, maukah kutunjukkan sepadamu sebuah pohon yang abadi dan kekuasaan yang tidak sirna.” Dia mengatakan lagi, “mahukah aku tujukan pohon yang apabila kamu memakannya maka engkau akan menjadi raja seperti Allah ﷻ atau kalian berdua akan kekal dan tidak akan mati selamanya.
Iblispun bersumpah atas nama Allah dengan mengatakan. “sesungguhnya aku hanyalah menasehati kalian berdua.” Sesungguhnya iblis menginginkan dengan itu agar aurat mereka berdua tampak dengan terlepasnya pakaiannya. Iblis telah mengetahui bahwa mereka berdua memiliki aurat setelah membaca kitab malaikat. Adam tidaklah mengetahui perihal ini.

Adam enggan untuk memakan dari pohon itu, akan tetapi Hawa mendekati pohon itu dan memakannya lalu dia berkata, “wahai Adam makanlah, sesungguhnya aku telah memakannya dan tidak terjadi apa-apa terhadapku. Tatkala adam memakannya maka tampaklah aurat keduanya dan mulailah mereka berdua menutupinya dengan daun-daun surga. (Tarikhur Rusul wal Muluk)

Dari hadis di atas dapat kita ketahui bahwa sungguh besar sekali permusuhan yang diadakan oleh iblis kepada Nabi Adam Aalihi Salam. Diakibatkan kedengkian dan kesombongan iblislah akhirnya Adam dan Hawa pun terusir dari surga-Nya Allah ﷻ, namun keduanya bertaubat memohon ampun kepada Allah ﷻ dan Allahpun menerima taubat keduanya, kemudian Allah beri tangguh keduanya untuk hidup di dunia sampai waktu yang ditentukan. Sebagaimana firman Allah ﷻ, yang artinya:

“Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesenanganmu sampai waktu yang ditentukan”. (QS. Al-A’raf (7): 24).

Menurut salah satu pendapat mufassir, yang dimaksud dari “kalian” dari firman Allah tersebut adalah Adam, Hawa, Iblis,dan Ular.

Dengan demikian, bagaiamana cara kita selaku anak cucu adam yang selalu mendapatkan bisikan-bisikan syaiton pasukan iblis tersebut agar tidaklah tersesat untuk kembali pulang ke kampung halaman yang sebenarnya, yakni surga? Maka cobalah simak perumpamaan ini.

Semua dari kita memiliki batas waktu untuk tinggal di muka bumi ini. Bumi ini bukanlah tempat kita untuk menetap selamanya, bukanlah tempat kita menjalani kehidupan selamanya.. Akan tetapi kehidupan di bumi ini adalah sebuah perjalanan untuk kembali pulang ke rumah asal kita, yakni surga. Sehingga dalam perjalanan kita untuk bisa kembali pulang ke kampung halaman itu, kita haruslah memiliki petunjuk atau peta jalan agar bisa kembali dengan selamat menuju rumah kita yang abadi itu. Peta petunjuk tersebut adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam kitab-Nya yang mulia, yang artinya: “inilah kitab yang tidak ada kerguan daripadanya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah (2): 2). Kemudian dari hadits Nabi Muhammad ﷺ, beliau bersabda: “Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan tersesat selamanya jika berpegang kepada keduanya, (yaitu) kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Hakim).

Ibarat Al-Qur’an dan As-Sunnah itu adalah sebuah peta petunjuk, maka para sahabat Nabi yang mulia adalah tour guide kita dalam memahami peta petunjuk (Al-Qur’an dan As-Sunnah) tersebut. Bagaimana tidak? Para sahabat adalah orang-orang yang melihat langsung wahyu itu turun kepada baginda Muhammad ﷺ, yang mengetahui sebab-sebab turunnya wahyu tersebut, yang mendengar langsung isi wahyu tersebut bahkan beserta penjelasannya dari Nabi Muhammad ﷺ. Oleh sebab itu sudah menjadi keharusan bagi kita kaum muslimin untuk menitih jalannya para sahabat yang mulia dalam memahami dinul Islam yang sempurna ini, in syaa Allah dengan itu kita bisa mendapatkan jaminan dari Rasulullah ﷺ agar bisa selamat kembali pulang ke kampung halaman kita, yakni surga. Sebagaimana yang Rasulullah ﷺ sabdakan, yang artinya: “Sesungguhnya Bani Israil telah terpecah menjadi 72 golongan, dan sesuungguhnya umatku akan terpecah menjadi 73 golongan. Mereka semua di dalam neraka, kecuali satu (golongan yang selamat). Mereka bertanya “siapakah mereka (golongan yang selamat) wahai Rasulullah?” beliau menjawab “siapa saja yang mengikutiku dan (mengikuti) sahabatku”. (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim).

Pelajaran yang amat penting dari kisah tersebut adalah sungguh seorang mukmin apabila ia bertaqwa kepada Allah ﷻ, maka Allah ﷻ akan memberikan kedudukan yang mulia baginya, akan tetapi jika seorang mukmin itu gemar melakukan sesuatu yang dilarang oleh-Nya, maka kehinaan akan menimpanya,. Dari kisah tersebut juga kita dapat mengetahui bahwa musuh utama bagi umat manusia adalah iblis yang sombong. Ibrah selanjutnya dari kisah tersebut adalah bahwasanya Allah ﷻ dengan kasih sayang dan rahmat-Nya adalah Tuhan yang maha penerima taubat. Allah ﷻ berfirman, yang artinya: “katakanlah: hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang maha pengampun lagi maha penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu yang kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). (QS. Az-Zummar (39): 53-54).
Adapun pesan utama dari tulisan ini adalah marilah wahai saudara-saudariku kita berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman Ahlussunnah wal jama’ah. Karena hanya inilah jalan menuju keselamatan yang telah ditempuh oleh baginda Muhammad ﷺ dan juga para murid-murid beliau yang mulia, yakni para sahabat.

Anas Ahmad Rahman
Mahasiswa MSI UII