Bekerja Di Masa Pandemi Covid-19 Bukan Sebagai Pilihan

Bekerja Di Masa Pandemi Covid-19 Bukan Sebagai Pilihan

Uswatun Khasanah, S.E.

[email protected]

 

Bismillâhi walhamdulillâhi wash-shalâtu wassalâmu ‘alâ rasûlillâh,

Seorang muslim dituntut untuk bekerja keras, bekerja keras berarti bekerja dengan segala kesungguhan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Bekerja keras dalam Islam disebut dengan jihad, yang artinya berjuang di jalan Allahﷻ. Jihad berasal dari kata jahada artinya berusaha dengan sungguh-sungguh. Sehingga jihad dalam kaitannya dengan kerja berarti usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil optimal.[1]

Islam memandang bekerja secara halal juga merupakan jihad, Al-Qur’an memandang bekerja keras salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan, diibaratkan bahwa orang yang bekerja keras berarti sedang meniti jalan untuk menemui Tuhannya. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi;

يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡإِنسَٰنُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدۡحٗا فَمُلَٰقِيهِ

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya.” (QS. Al Insyiqaq (84): 6).

Dalam Islam terdapat beberapa ciri bekerja keras, antara lain;

  1. Memiliki Planning Kerja Yang Jelas dan Matang

Al-Qur’an menganjurkan agar manusia mengambil pelajaran terhadap apa yang telah terjadi, setiap peristiwa yang terjadi di sekelilingnya menjadi modal dalam menapaki hari-hari esok yang penuh tantangan sekaligus harapan. Sebagaimana firman Allahﷻ;

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. (QS. Al-Hasyr (59): 18).

Planning atau rencana inilah yang akan melapangkan jalan bagi tercapainya tujuan.
Planning ini harus dimiliki oleh setiap pribadi muslim agar saat bekerja tidak melenceng jauh dari rencana yang telah disiapkan.[2]

  1. Bersikap Efisien

Bekerja secara efisien adalah bekerja dengan menggunakan modal dan waktu yang terbatas untuk mencapai hasil yang maksimal.

 

  1. Kreatif Dan Inovatif

Bekerja secara kreatif yaitu pandai memfungsikan alat-alat dan barang untuk mendukung efisiensi dalam proses produksi (usaha). Sikap kreatif dan inovatif tidak bisa tumbuh dengan sendirinya, akan tetapi harus diusahakan dan dilatih terus menerus. Al-Quran memerintahkan manusia untuk selalu menggunakan akal pikirannya dengan seoptimal mungkin.

  1. Menempatkan Segala Sesuatu Pada Tempatnya

Pepatah the right man in the right place adalah sangat tepat diterapkan dalam bekerja. Penempatan tenaga kerja haruslan memperhatikan bidang ketrampilan dan keahlian yang dimilikinya, sehigga nantinya akan menghasilkan produk yang berkualitas. Apabila pekerjaan tidak diserahkan kepada ahlinya maka pekerjaan tidak akan selesai dengan sempurna. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam haditsnya yang berbunyi:

إِذَا أُسْنِدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ

Artinya: “Apablia suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya”. (HR. Bukhari).

  1. Mementingkan Faktor Manusia

Manusia adalah faktor penting dalam mensukseskan suatu pekerjaan. Oleh karena itu semua perusahaan saat ini tidak akan mengabaikan upaya peningkatan sumber daya manusia sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas produksi perusahaannya. Sumber daya manusia yang unggul merupakan aset perusahaan yan sangat bernilai. Manusia sebagai makhluk Allahﷻ yang paling sempurna penciptaannya dilengkapi dengan kemampuan untuk berpikir, berperasaan, disamping kekuatan fisik. Hal itu tidak lain dimaksudkan agar manusia mampu menemukan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya.

  1. Bersedia Berkorban

Setiap usaha harus dibersamai dengan kesediaan untuk berkorban. Tanpa adanya pengorbanan, sulit sekali suatu usaha bisa berhasil. Pengorbanan itu bisa berupa tenaga, pikiran, harta, waktu dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan. Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamiin mengajarkan umatnya untuk berkorban. Di antara ciri orang yang bersedia berkorban adalah tidak mudah putus asa dan senantiasa optimis terhadap apapun yang diusahakannya. Sikap putus asa sangat dilarang dalam ajaran agama Islam. Dalam hal ini Allah berfirman:

وَلَا تَاْيۡ‍َٔسُواْ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ لَا يَاْيۡ‍َٔسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ

Artinya: “Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.” (QS Yusuf (12): 87).

Bekerja dalam pandangan Islam adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani), dan di dalam mencapai tujuannya tersebut ia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdiannya kepada Allahﷻ.

Bekerja sebagai aktivitas dinamis mengandung pengertian bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan oleh setiap muslim harus penuh tantangan, tidak monoton, dan selalu berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mencari terobosan terobosan baru dan tidak puas dalam berbuat kebaikan.[3]

Islam memandang bahwa arti bekerja bagi manusia merupakan fitrah sekaligus identitas kemanusiaannya itu sendiri. Dengan demikian, bekerja yang bedasarkan pada prinsip prinsip tauhid, bukan saja menunjukan fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah yang berperan sebagai khalifah-Nya di muka bumi dalam mengelola alam semesta sebagai wujud rasa syukur atas nikmat Allahﷻ.

Pada dasarnya semua pekerjaan adalah baik dan terpuji jika secara material, barang yang dipakai bekerja halal. Islam sangat tidak menganjurkan terhadap perbuatan meminta-minta, walaupun mungkin perbuatan tersebut halal. Rasulullah bersabda:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَحْتَطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَأْتِيَ رَجُلًا فَيَسْأَلَهُ أَعْطَاهُ أَوْ مَنَعَهُ

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abu Az Zanad dari Al A’raj dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh seorang dari kalian yang mengambil talinya lalu dia mencari kayu bakar dan dibawa dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia mendatangi seseorang lalu meminta kepadanya, baik orang itu memberi atau menolak”. (HR Bukhari).

Bekerja adalah manifestasi keimanan. Dalam al-Quran surat Al An’nam ayat 135 disebutkan bahwa bekerja itu hukumnya wajib dilaksanakan. Ini artinya siapapun mereka yang secara pasif berdiam diri, tidak mau berusaha untuk bekerja, maka dia telah tidak melaksanakan perinta Allah. Islam menempatkan bekerja pada tempat yang sangat mulia dan luhur yaitu digolongkan pada fi sabilillah. Hal ini tercermin dari sabda Rasulullah yang artinya: Diriwayatkan dari Ka’ab binh Umrah: Ada seseorang yang berjalan menuju tempat Rasulullah SAW bahwa orang itu sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para sahabat lalu berkata: “ya Rasulullah, andaikata bekerja semacam itu dapat digolongkan fi sabilillah, alangkah baiknya”. Maka Rasulullah bersabda: kalau ia bekerja untuk membela kedua orang tuanya yang sudah lanjut usianya, ia itu fi sabilillah. Kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, ia adalah fi sabilillah (HR Thabrani).

Pembaca yang dirahmati Allahﷻ, saat ini pemerintah Indonesia sedang memberlakukan PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dimana terjadi pembatasan mobilitas. Hal ini dilakukan karena meningkatnya wabah Covid-19 di Indonesia. Saat ini, sering terdengar suara sirine ambulance membawa pasien ke rumah sakit atau membawa jenazah ke pemakaman. Banyak penduduk Indonesia yang mengidap Covid-19 dan terus berjuang untuk sembuh, sedangkan bagi yang sehat dituntut untuk bisa menjaga diri dan keluarganya. Meskipun wabah melanda, kita tetap dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bagi yang bekerja di luar rumah juga khawatir terpapar. Apalagi melihat fenomena di ruang publik banyak yang terpapar dan banyak lokasi perkantoran yang ditutup untuk dilakukan sterilisasi dari virus Covid-19 ini.

Meski sudah lebih dari satu tahun, pandemi virus corona masih terus menyerang penduduk dunia tanpa henti. Di Indonesia, angka kasus positif virus corona sudah di atas 1,5 juta jiwa (Data tanggal 2 Juli 2021). Kabar baiknya sekitar lebih dari 1,3 juta orang berhasil pulih dari serangan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.[4]

Pada masa pandemi ini, kita tetap diwajibkan untuk terus bekerja. Dengan tetap menjalankan prosedur kesehatan yaitu 5 M. Di negara kita, protokol kesehatan ini dikenal dengan sebutan 5M (Mencuci tangan, Memakai Masker, Menjaga Jarak, Menjauhi Kerumunan, dan Mengurangi Mobilitas).

  1. Mencuci Tangan, rutin mencuci tanganhingga bersih adalah salah satu protokol kesehatan yang cukup efektif untuk mencegah penularan virus corona. Untuk hasil yang maksimal, disarankan untuk mencuci tangan setidaknya selama 20 detik beberapa kali sehari, terutama saat sebelum memasak atau makan; setelah menggunakan kamar mandi; setelah menutup hidung saat batuk atau bersin. Untuk membunuh virus dan kuman-kuman lainnya, gunakan sabun dan air atau pembersih tangan dengan alkohol setidaknya dengan kadar 60 persen.
  2. Memakai Masker, pada awal pandemi virus corona tahun lalu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa penggunaan maskerhanya direkomendasikan untuk orang sakit, bukan orang sehat. Namun, virus corona jenis SARS-CoV-2 yang merajalela hingga saat ini membuat protokol kesehatan bisa berubah-ubah seiring bergulirnya waktu.

Beberapa waktu selang kebijakan WHO di atas, WHO akhirnya mengeluarkan himbauan agar semua orang (baik yang sehat atau sakit) agar selalu menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah. Kebijakan WHO ini juga sempat ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo.

  1. Menjaga Jarak, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI disebutkan bahwa menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena droplets dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta menghindari kerumunan, keramaian, dan berdesakan. Bila tidak memungkinkan melakukan jaga jarak, maka dapat dilakukan berbagai rekayasa administrasi dan teknis lainnya. Rekayasa administrasi dapat berupa pembatasan jumlah orang, pengaturan jadwal, dan sebagainya. Sedangkan rekayasa teknis, antara lain dapat berupa pembuatan partisi, pengaturan jalur masuk dan keluar, dan sebagainya.
  2. Menjauhi Kerumunan, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) meminta masyarakat untuk menjauhi kerumunan saat berada di luar rumah. Ingat, semakin banyak dan sering kamu bertemu orang, maka kemungkinan terinfeksi virus corona pun semakin tinggi.
  3. Mengurangi Mobilitas, semakin banyak kita menghabiskan waktu di luar rumah, maka semakin tinggi pula terpapar virus jahat ini. Oleh karena itu, bila tidak ada keperluan yang mendesak, tetaplah berada di rumah.

Adanya kebijakan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 dan beberapa pedoman protokol kesehatan menjadi salah satu usaha agar bisa  setiap individu tetap bekerja dengan giat, bisa mencukupi kebutuhan dengan optimal. Dan semoga Allah segera mengangkat wabah ini dari muka bumi. Amin.

Maraji’:

[1] Munawwir, Ahmad Warson, 1997, Al-Munawir Kamus Arab -Indonesia, Cet ke 14, Surabaya, Pustaka Progressif, hlm.217.

[2] Madjid, Nurcholish ,1997, Pintu-pintu Menuju Tuhan, Jakarta, Paramadina.

[3] Syahrin Harahap, Islam Dinamis, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1997

[4] Makarim, Fadhli Rizal, 2021, Mengenal Protokol Kesehatan 5M untuk Cegah COVID-19, Jakarta.