Utamakan Tabayyun di Era Digital
Utamakan Tabayyun di Era Digital
Sujono, S.Kom, M.Kom.
Bismillâhi walhamdulillâhi wash-shalâtu wassalâmu ‘alâ rasûlillâh,
Saat Banjir Informasi
Era digital merupakan era dimana informasi mudah didapatkan, cepat diperoleh dan disebarluaskan dengan teknologi digital yaitu teknologi yang menggunakan sistem komputerisasi yang terhubung dengan internet. Perkembangan teknologi digital tidak dapat dihindari, kita perlu terus belajar dan mengembangkan diri agar dapat memanfaatkannya dengan bijak.
Di era digital saat ini, pemenuhan informasi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap individu dan tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia modern. Informasi kini tersedia melimpah di dunia maya bahkan terkadang sampai banjir informasi, sehingga diperlukan kehati-hatian dalam memilah informasi yang diperoleh. Sebagai seorang muslim, penting untuk membentengi diri dengan tabayyun yang berarti mengutamakan untuk memeriksa kebenaran informasi yang diterima.
Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu” (Q.S. al-Hujurat [49]: 6).
Sebagaimana disebutkan dalam ayat Alquran di atas, Allah SWT telah memperingatkan kepada kita untuk berhati-hati terhadap informasi yang diterima supaya tidak ada penyesalan di kemudian hari.
Sebagian besar masyarakat Indonesia, saat ini telah terhubung dengan internet. Menurut data Digital Global Overview Report per Januari 2021, pengguna internet sudah mencapai 202,6 juta (73,7%) dari total populasi penduduk Indonesia dan 170 juta (61,8%) merupakan pengguna aktif media sosial (medsos).
Dalam interaksi kepada sesama menggunakan teknologi terutama medsos, kita perlu hati-hati. Medsos, di satu sisi dapat memberi manfaat pada kebaikan namun di sisi lainnya tidak jarang menjerumuskan pada hal yang buruk/negatif. Dampak negatif medsos diantaranya:
(1) Tersebarnya informasi yang meresahkan
Seorang youtuber bernama Joseph Paul Zhang menyebarkan informasi yang meresahkan, mengaku sebagai nabi ke-26. Video youtuber tersebut sempat viral di medsos. Joseph diduga menista agama, dan bahkan menantang publik untuk melaporkannya ke polisi. Joseph pun telah dilaporkan ke Bareskrim Polri.
Baru-baru ini juga muncul kasus yang hangat dan menjadi viral di Indonesia yaitu dr. Lois Owien melalui akun Twitter @LsOwien. Di masa pandemi covid-19, dr. Lois Owien menyebarkan informasi yang kontroversial, menyampaikan pandangan kedokteran tidak berdasarkan main-stream keilmuan melalui saluran-saluran komunikasi publik yang tidak tepat dan dapat memancing keonaran pendapat di masyarakat. Pandangan-pandangan yang disampaikan dr. Lois Owien juga tidak sejalan dengan Sumpah Dokter Indonesia dan membuat masyarakat bingung dalam mengambil sikap di tengah pandemi Covid-19 yang juga belum usai.
(2) Sarana berbuat kriminalitas dan penipuan
Keahlian yang dimiliki seseorang semestinya digunakan untuk kemaslahatan sehingga memberikan manfaat bagi umat. Namun bagi 2 orang hacker asal Indonesia ini ternyata keahliannya disalahgunakan. Beberapa waktu lalu, 2 hacker ini memalsukan situs bantuan covid-19 di Amerika Serikat, hal tersebut mengakibatkan kerugian material hingga 60 juta dolar. Perbuatan pelaku merupakan tindakan kriminal sehingga pelaku ditangkap dan diproses secara hukum oleh Polda Jawa Timur.
Contoh lain yang juga marak terjadi di medsos adalah tindakan penipuan, terlebih berbagai aktivitas dilakukan secara online termasuk jual beli. Sebagaimana dilaporkan oleh akun Twitter @M1_nusaputra, akun Instagram toko online (@hpmurah_bali_celluler) mempunyai pengikut 43,9 ribu. Akun dengan pengikut sebesar itu pastinya sangat meyakinkan pembeli untuk dapat dipercaya, namun ternyata melakukan penipuan. Salah satu korban tergiur untuk membeli ponsel murah dengan harga Rp. 500.000. Akun penipu tersebut telah ditangani Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri.
Sebuah riwayat tentang tabayyun di masa Rasulullah SAW
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasul Muhammad SAW pernah melarang seorang sahabat bernama Mu’az bin Jabal yang hendak buru-buru menyebarkan sebuah hadis. Rasul khawatir hadis tersebut disalahpahami oleh masyarakat, terutama yang belum cukup ilmunya.
Hadis yang akan disebar oleh Mu’az adalah yang berbunyi, “Tidaklah seseorang yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, melainkan Allah mengharamkan baginya api neraka”. Rasulullah SAW khawatir hadis tersebut akan disalahartikan jika terburu-buru disebarkan kepada masyarakat. “Wahai Rasul, tidakkah aku sebaiknya menyebarkan hadis ini kepada umat agar mereka bergembira?” tanya Mu’az tak mengerti. “Jika demikian, maka mereka hanya akan mengandalkan hadis tersebut saja,” jawab Rasul sebagaimana direkam dalam HR. Muslim. Kisah di atas mengajarkan pentingnya melakukan tabayyun, bukan saja terhadap kebenaran sebuah informasi, tetapi juga kesiapan orang yang akan menerima informasi tersebut.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kamu menceritakan sesuatu kepada suatu kaum sedang akal mereka tidak mampu menerimanya. Karena cerita tersebut (justru dapat) menimbulkan fitnah pada sebagian dari mereka.” (H.R. Muslim).
Allah SWT berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ جَاۤءُوْ بِالْاِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنْكُمْۗ لَا تَحْسَبُوْهُ شَرًّا لَّكُمْۗ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۗ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ مَّا اكْتَسَبَ مِنَ الْاِثْمِۚ وَالَّذِيْ تَوَلّٰى كِبْرَهٗ مِنْهُمْ لَهٗ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga). Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Dan barangsiapa di antara mereka yang mengambil bagian terbesar (dari dosa yang diperbuatnya), dia mendapat azab yang besar (pula).” (Q.S. an-Nur [24]: 11)
Langkah menyaring informasi
Ada 3 langkah untuk melakukan saring informasi yang diterima yaitu:
(1) Apakah informasi itu benar?
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menyaring kebenaran informasi yang kita terima. Apakah informasi yang sampai ke kita benar? Jika informasi tersebut salah, maka informasi tidak perlu disebarluaskan. Jika informasi tersebut benar, maka dapat lanjut ke langkah berikutnya.
(2) Apakah informasi itu baik?
Langkah kedua adalah melakukan penyaringan atau pemfilteran informasi yang diterima apakah masuk dalam kategori baik atau tidak. Jika informasinya tidak baik, maka lebih bijak untuk tidak disebarluaskan. Jika informasi tersebut baik, maka dapat lanjut ke langkah ketiga.
(3) Apakah informasi itu bermanfaat?
Langkah ketiga yang perlu disaring adalah tentang manfaat dari informasi yang diterima. Informasi yang diterima adalah benar dan baik, kemudian dicek apakah informasi tersebut juga memberikan manfaat. Jika iya, maka informasi tersebut layak untuk disebarluaskan.
Demikianlah langkah-langkah melakukan saring informasi yang diterima (ber-tabayyun) agar selalu dalam koridor kebaikan dan terhindar dari hal-hal yang buruk.
Mutiara hikmah
“Jika engkau telah menghabiskan sebagian besar umurmu untuk kesenangan dunia, maka paling tidak, sedekahkanlah sisa umurmu yang tinggal sedikit ini untuk kebahagiaanmu di akhirat”. Wa Allâhu a’lam.
Sujono, S.Kom, M.Kom
Kepala Urusan Data Akademik dan Teknologi Informasi
Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Indonesia