Memaknai Rasa Sabar di Masa COVID-19

Memaknai Rasa Sabar di Masa COVID-19

Anita Kurniati S

 

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6)

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S. al-Insyirah [94]: 5-6)

Lebih dari kapanpun, saat ini adalah saat yang paling tepat untuk kita agar dapat meyakini makna ayat diatas sedalam-dalamnya. Kita telah melewati dua kali hari raya baik Idul Fitri maupun Idul Adha dalam bentuk perayaan yang paling sederhana. Silaturahmi fisik digantikan dengan silaturahmi secara online. Tradisi mudik dihilangkan sama sekali. Keluarga – keluarga yang merindukan seluruh anggota berkumpul pun harus menerima salam dari jauh.

Sudah lebih dari dua tahun kita melewati hari-hari dengan membaca berita duka di WhatsApp Group, bahkan di lebih dari satu WhatsApp Group. Dan tidak ada yang bisa dilakukan selain mengucapkan ucapan bela sungkawa melalui WhatsApp Group yang sama.

Mendengar tetangga kehilangan pekerjaan karena perusahan yang dirintis tidak bisa bertahan di masa pandemi, membuatnya pula kesulitan meneruskan biaya sekolah anak-anaknya. Mendapatkan breaking news tentang statistik angka terpapar covid-19 yang lebih tinggi dari angka kesembuhan hampir di semua media yang dapat didengar atau dilihat. Ikut berduka bersama teman yang kehilangan orang-orang terkasihnya.  Dan ikut berempati dengan keluarga-keluarga yang terpisah karena karantina. Energi negatif menemukan kita dari segala arah. Tidak memberikan kita kesempatan untuk bernafas lega.

Masa sulit seperti ini membuat kita sangat mudah berputus asa, menanamkan prasangka dan pada akhirnya menurunkan iman kita. Orang menjadi malas berusaha dan menolak diberi vaksin yang malah membuat usaha terbebas dari bencana ini menjadi lebih jauh dari berhasil.

Akhirnya muncul pertanyaan kenapa bencana ini datang kepada kita dan lebih mempertanyakan lagi kenapa belum juga berakhir. Hal yang manusiawi untuk dirasakan sebenarnya walapun harus ingat bahwa bencana ini tidak hanya datang untuk satu orang, satu wilayah atau satu negara, akan tetapi merupakan bencana global, yang berdampak pada seluruh dunia. Seluruh umat di dunia ini meraskan hal yang sama tanpa memandang perbedaan apapun.

Maka yang harus kita lakukan adalah menjaga iman kita kepada Allah SWT, bagaimanakah caranya? Kita hanya perlu sabar dan tawakal. Bahwa Allah adalah satu-satunya tempat kita bergantung untuk keluar dari segala kesulitan ini. Fakta bahwa setelah seluruh dunia dengan segara kemampuan, potensi dan sumber dayanya dikontribusikan untuk menangani kasus COVID-19, nyatanya sampai sekarang belum ada satu negara pun yang 100% terbebas dari pandemi ini, maka hanya kekuatan terbesar lah yang bisa mengeluarkan kita dari kesulitan. Hanya keyakinan bahwa Allah Swt yang bisa mengeluarkan kita dari kesulitan ini.

Setelah hati kita terbuka maka kita mulai bisa melihat nikmat yang melimpah. Bahkan kita pun dapat melihatnya disaat seperti sekarang, disaat kita memaknai rezeki dengan sangat sempit. Harapan yang disemogakan yakni agar kita bisa menjadi salah satu hamba yang pandai bersyukur. Di saat yang lain kehilangan pekerjaan, kita harus bersyukur kita bekerja di instansi yang tidak mudah goyah oleh pandemi. Tidak hanya kita masih bisa bekerja, gaji kita juga tetap diberikan seperti sebelum pandemi dan bahkan diberikan subsidi sembako, vitamin dan obat obatan. Belum lagi untuk menghindari kerumunan, kita hanya diwajibkan untuk bekerja dari kantor selama 2 hari dan sisanya kita bisa bekerja di rumah dengan aman.

Disaat banyak masyarakat masih berusaha mendapatkan vaksin, kita sudah diberi fasilitas gratis di awal waktu dan memastikan kesehatan kita sebagai prioritas. Tidak hanya untuk diri kita pribadi, akan tetapi kesempatan mendapatkan vaksin juga diberikan kepada keluarga kita.

Disaat kita sedang berduka, banyak uluran tanggan – teman teman dan tetangga yang selalu ada membantu meringankan beban kita. Saat satu sumber rezeki tertutup, pintu rezeki yang lain akan terbuka lebar.

Pada akhirnya kita akan bertahan dari segala ujian ini atas izin Allah Swt. Semoga Allah menjadikan kita orang yang sabar dalam menghadapi segala ujian-Nya. Bukankah pada hakikatnya hidup ini adalah ujian?

 

Anita Kurniati S

Staf Divisi Pemasaran & Admisi

Direktorat Pemasaran, Kerjasama dan Alumni