TABAYYUN DALAM MENERIMA BERITA

Pembaca yang berbahagia, saat ini sangat mudah berita hoax tersebar dan membuat resah masyarakat. Mungkin bertanya-tanya kenapa berita palsu bisa cepat menyebar di kalangan masyarakat. Bahkan dengan mudahnya masyarakat percaya dengan berita palsu tersebut. Di era media sosial ini, orang-orang semakin mudah mendapatkan informasi sekaligus mudah untuk menyebarkannya. Sudah tidak asing lagi yang namanya Facebook, Twitter, Whatssap, Line, Youtube. Dari semua media tersebut biasanya terdapat fasilitas untuk “membagikan” atau “meneruskan” informasi yang didapat. Paling tidak membagikan link website. Sehingga hanya dengan modal jempol untuk mengklik “membagikan” atau “meneruskan”, seseorang sudah bisa menjadi kurir informasi.

Sebuah pengalaman pernah terjadi kepada dua orang, sebut saja si A dan si B. Si A mengambil informasi di hp lewat screen shoot. Foto screen shoot yang diambil dijadikan story di WA. Si B yang melihat story tersebut merasa ada yang janggal dengan informasi yang di dapat si A. Si B kemudian menanyakan si A mengenai kebenaran informasi tersebut. Setelah ditanyakan, ternyata si A sebenarnya tidak tahu menahu mengenai informasi yang didapatkannya. Dia hanya merasa bahwa informasi tersebut benar, ditambah lagi si A tidak bisa memberi fakta dan data yang mendukung informasi.

Dari cerita tersebut dapat diambil pelajaran bahwa sebelum menyebarkan berita atau informasi, kita harus menelusurinya dengan teliti. Beritanya darimana, penulisnya siapa, kapan terjadinya, apakah sesuai dengan kejadian sesungguhnya atau tidak, bahkan bila perlu membandingkan sumber berita satu dengan yang lain. Hal ini agar mengetahui berita mana yang benar dan berita mana yang salah. Karena kebenaran itu mahal harganya.

Alasan pentingnya tabayyun dalam menerima berita adalah untuk menghindari dari kegiatan yang asal membagikan berita palsu. Berita palsu merugikan masyarakat. Masyarakat menjadi was-was ketika ada berita yang menakutkan, padahal belum terbukti kebenarannya. Terkadang orang lebih ingin mempercayai berita palsu daripada mencari fakta-fakta kebenarannya. Bisa saja berita palsu dibuat hanya karena ingin menghancurkan wibawa seseorang atau ingin usaha seseorang gagal.

Banyaknya berita hoax yang menyebar di berbagai media tidak lepas dari peran dari pembuat berita palsu yang terorganisir. Hal seperti ini harus diperhatikan oleh masyarakat agar tidak salah memahami. Tidak jarang ujaran kebencian menjadi sebuah tren dalam membuat berita hoax. Ujaran kebencian yang telah menyebar di masyarakat menjadi motivasi adu domba. Karena seringkali, ujaran kebencian dikaitkan dengan persoalan SARA, sehingga mudah terbawa emosi. Yang awalnya tidak ada perselisihan akhirnya terjadi perselisihan.

Di akhirat kelak, pertanggung jawaban yang diminta oleh Allah tidak hanya kepada pembuat berita saja, namun juga siapa yang menyebarkannya. Allah lberfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang datang membawa berita bohong itu adalah golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa perbuatan mereka itu membawa akibat buruk bagi kamu, bahkan itu adalah membaikkan. Setiap orang akan mendapat hukuman dari sebab dosa yang dibuatnya itu. Dan siapa yang mengambil bagian terbesar akan mendapat siksaan yang besar pula” (Q.S An-Nur [24] : 11)

Allah lberfirman, “Mengapa setelah mendengar berita-berita bohong itu orang-orang yang beriman, baik laki-laki ataupun perempuan, tidak meletakkan sangka yang baik terhadap dirinya, mengapa tidak mereka katakan bahwa berita ini adalah bohong belaka?” (Q.S An-Nur [24] : 12)

Allah lberfirman, “Ketika kamu sambut berita itu dari lidah ke lidah, kamu katakan dengan mulutmu perkara yang sama sekali tidak kamu ketahui, kamu sangka bahwa cakap-cakap demikian perkara kecil saja. Padahal dia adalah perkara besar pada pandangan Allah” (Q.S An-Nur [24] : 15)

Berita Bohong Pada Masa Rasulullah

Kisah berita hoax pada zaman Rasulullah pernah terjadi. Saat itu yang menjadi korban tuduhan berita palsu adalah istri Rasulullah `, yaitu Aisyah i. Berawal dari Aisyah i terpilih sebagai istri yang pergi bersama Rasulullah `. Karena bila Rasulullah ` akan keluar, dia akan mengundi di antara istri-istrinya.

Ketika hendak tiba ke Madinah, Rasulullah ` memberi aba-aba untuk berangkat. Aisyah i kehilangan kalungnya dari merjan zhiffar. Dia kemudian mencari kalung tersebut.  Singkat cerita Aisyah i tertinggal dari rombongannya. Rombongan yang bersamanya beranggapan bahwa istri Rasulullah tersebut telah berada dalam sekedup (atap dan dinding yang ditutupi oleh kain) unta.

Aisyah ` kemudian kembali ke tempat semula dan melihat rombongannya sudah pergi. Dia kemudian duduk dan termenung sendirian. Aisyah i kemudian ditemukan oleh Shafwan Ibnu Al Mu’aththil As-Sullami yang tertinggal di belakang para rombongan tentara dan berjalan semalaman. Aisyah i kemudian naik unta yang dibawa oleh Shafwan. Sementara Shafwan menuntun unta.

Sampai di Madinah, Aisyah i sakit selama satu bulan sehingga tidak keluar rumah. Sementara orang-orang menyebarkan berita bohong. Berita bohong antara lain seperti Aisyah telah berdua-duaan dengan Shafwan. Bahkan mereka dikabarkan berencana mengkhianati Rasulullah `. Berita tersebut telah menjadi rahasia umum di masyarakat (Hamka, 1976). Orang yang dibalikpenyebaran berita bohong tersebut adalah Abdullah bin Ubay.

Sama seperti masa sekarang, pada masa Rasulullah, orang-orang tidak melakukan penyelidikan maupun menggunakan akal untuk mempertimbangkan berita yang dituduhkan kepada Aisyah i.

Aisyah i selama dilanda sakit, dia tidak mengetahui tentang berita yang telah dibicarakan oleh masyarakat. Setelah keluar rumah karena ada kepentingan, barulah Aisyah radiyallahu ‘anha i mengetahui kabar tersebut dari Ummu Misthah. Mendengar kabar tersebut, Aisyah i menangis. Kemudian dia bercerita kepada orang tuanya.

Rasulullah ` kemudian menghampiri Aisyah i. Akhirnya turun ayat surat An-Nur mengenai tuduhan terhadap Aisyah i. Setelah turun wahyu, Rasulullah ` menjadi tahu bahwa berita tersebut adalah bohong. Kemudian Rasulullah ` menyampaikan wahyu tersebut kepada masyarakat. Pembaca yang dirahamti Allah bisa membaca cerita selengkapnya di Tafsir Al-Azhar karya Hamka, Juz 18 surat An-Nur ayat 11-18.

Solusinya Adalah Rajin Membaca

Agar kita sebagai masyarakat tidak tertipu oleh berita hoax adalah dengan rajin membaca. Dengan membaca, wawasan menjadi luas dan mendalam. Membaca juga dapat membantu menganalisis berita yang tersebar sehingga tidak asal mempercayainya mentah-mentah dan tidak asal menyebarkan. Karena masih banyak orang yang salah memahami hanya lantaran membaca judul saja. Maka dari itu penting untuk meningkatkan aktivitas membaca sehingga bisa menyimpulkan dengan baik terhadap informasi yang diterima.

Untuk menanggapi berita yang tersebar dengan cepat di berbagai media. Hal yang harus dilakukan adalah dengan membaca berita dengan teliti. Tidak hanya setengah-setengah, namun dibaca dari awal sampai habis. Mencari fakta atau data yang bisa mendukung berita. Memperhatikan kata-kata dengan seksama, sehingga jika ada kata-kata yang janggal maka bisa diteliti lebih mendalam.

Selanjutnya dalam menanggapi berita adalah dengan mengenal media yang memberikan informasi. Bisa jadi media yang memberi informasi mempunyai sifat keberpihakan maupun netral. Keberpihakan yang dimaksud adalah lebih condong kepada salah satu pandangan saja. Tidak jarang media mempunyai idealisme tersendiri. Berhati-hatilah dalam menyaring informasi yang disebar lewat media sosial karena bisa saja sumber tidak jelas. Di sms maupun WA, untuk menguatkan informasi bisa saja menggunakan nama profesor tertentu. Padahal nama yang tertera bisa saja hanya dibuat-buat atau ada orang yang memaparkan nama tertentu yang sebetulnya tidak pernah memberikan pernyataan.

Kemudian untuk meneliti berita yang lebih mendalam adalah dengan melakukan perbandingan berita antara media satu dengan media lainnya. Bisa jadi ada beberapa hal yang berbeda di media lain. Cara-cara tersebut dapat membantu pembaca dalam menerima berita sehingga nantinya tidak asal menyebar berita.

Apabila mendengar berita dari mulut ke mulut maka harus dilakukan tabayyun. Jangan sampai hanya mendengar gosip, kemudian langsung percaya saja. Melainkan perlu bukti yang nyata.Diteliti terlebih dahulu agar nantinya tidak menyakiti hati seseorang. Dengan belajar dari kisah Aisyah i dapat diambil hikmahnya bahwa akal sehat harus digunakan dengan sebaik-baiknya.

Semoga dengan tulisan ini, Pembaca semakin bijak dalam menanggapi berita. Karena berita bohong mudah dibuat dan mudah disebar. Apalagi di masa sekarang terdapat teknologi yang canggih seperti gadget yang membuat berita menyebar semakin cepat. Jika tidak berhati-hati dalam menelusuri berita dan ikut menyebarkan berita tanpa mengetahui fakta yang sesungguhnya, maka pertanggung jawabannya akan dimintai oleh Allah.

Muhammad Nafiuddin Fadly

Mahasiswa Hubungan Internasional

Mutiara Hikmah  

Dari Abu Hurairah a dari Nabi ` bersabda,

“Ketika Allah menciptakan makhluk, Dia mencatat di dalam Kitab-Nya -Dia mencatat atas diri-Nya, dan Dia letakkan di sisi-Nya di atas Arsy-. Sesungguhnya Rahmat-Ku mengalahkan Murka-Ku.” (HR. Al-Bukhari No.7404)